DOA NOVENA BERSAMA ROMO TRIEST


DOA NOVENA BERSAMA ROMO TRIEST

Bruder Rene Stockman FC
Penterjemah: Br. Patricius FC

(c) Hak Cipta ada pada Br. Rene Stockman FC

Doa Untuk Beatifikasi Rm.Triest

Tuhan Yesus,
Dengan mengikuti teladanMu, HambaMu Petrus Yosef Triest membuka hati sepenuhnya terhadap cinta kasih Bapa yang Kudus. Ia menjadi seorang imam yang tergerak oleh cinta kasih dan berprihatin akan kesejahteraan kaum miskin papa, para penderita sakit dan kaum malang. Dengan menolong mereka serta membantu mereka ia ingin mengajak mereka ambil bagian dalam kebangkitan. Dengan dibantu oleh mereka yang mengikuti teladannya, ia mengejawantahkan pesan cinta kasih injili pada jamannya dan menunjukkan prakarsa-prakarsa cinta kasih kemanapun dia pergi
Ijinkanlah agar kenangan ini tetap hidup di semua tempat dimana masyarakat hidup dan bekerja, karena terilhami oleh kata-kata dan kegiatan-kegiatannya.
Dan buatlah agar kehadirannya tetap hidup didalam Gereja dengan meninggikannya diatas kaum beriman sebagai teladan.
Karena dengan demikian kita dapat memahami lebih baik lagi bahwa Allah adalah Cinta Kasih dan bahwa satu-satunya kehendakMu ialah tinggal didalam KasihNya.
Amin.


Kata Pendahuluan

Kehidupan Rm.Triest mencerminkan kebaikan dan cinta kasih Allah. Sumbangannya bagi pendirian Kerajaan Allah didunia ini ditandai dengan dedikasinya terhadap kaum miskin, devosi tunggalnya terhadap Tuhan dan keempat kongregasi religius yang didirikannya.

Semangatnya tetap hidup pada banyak orang yang ambil bagian dalam kharismanya sebagai bruder dan suster religius.  Ia juga mengilhami banyak orang untuk hidup dan berkarya menurut pesan Injili.

Ia terus berdoa bagi kita semua di hadapan singgasana Allah, maka dengan penuh kepercayaan kita tujukan doa-doa kita kepada nya dan memberitahu dia tentang semua kebutuhan-kebutuhan kita. Kita menantikan hari saat mana Gereja akan mengumumkan kekudusan Hamba Allah ini. Inilah alasan selanjutnya mengapa kita berdoa agar pesannya akan dikenal dan dihayati oleh lebih banyak orang lagi.

Dalam novena ini, kita akan merenungkan aspek-aspek terpenting dari kehidupannya dan berdoa supaya kita boleh makin menghayati semangatnya.

Iktisar Sejarah Kanunik
Petrus Yosef Triest

Petrus Yosef Triest dilahirkan pada tanggal 31 Agustus 1760 di Brussels sebagai anak kesembilan dari suatu keluarga kaya. Dikarenakan campur tangan pemerintah Austria yang berlebihan dalam urusan agama, ia terpaksa berganti-ganti sekolah beberapa kali, hingga pada akhirnya ia berhasil menyelesaikan pendidikan menengahnya pada Sekolah Latina di Geel. Pada tahun 1780 ia masuk di Univesitas Katolik Leuven. Dua tahun kemudian ia memutuskan untuk menjadi imam, dan oleh karenanya, ia mengikuti pendidikan seminari di Mechelen, dimana ia kelak ditahbiskan sebagai imam, pada tanggal 10 Juni 1786.

Sebagai seorang imam muda, dia diutus ke Baasveld, Bunda Maria di Seberang Dijle, Asse dan Haswijk, hingga ia diangkat sebagai pastor paroki di Gereja St. Petrus, Ronse, pada tahun 1797. Pada saat itu imam-imam dipaksa  mengucapkan sumpah setia dan ketaatan terhadap Undang-undang Republik Perancis. Jika mereka menolak, mereka terpaksa harus tinggal dalam persembunyian. Rm. Triest adalah salah satu di antara mereka yang menolak, maka dia terpaksa melaksanakan tugasnya sebagai imam secara ilegal selama 5 tahun. Tahun-tahun tersebut ternyata menjadi suatu periode pendalaman rohani dalam hidupnya. Meskipun tertindas, dia berhasil mendirikan suatu panti asuhan untuk anak-anak yatim piatu.

Pada tanggal 15 Mei 1802 Triest diijinkan untuk berbicara dimuka umum kembali untuk pertama kalinya. Ia langsung mengundang umat parokinya untuk mengampuni musuh-musuh mereka seikhas-ikhlasnya.

Karena suatu konflik dengan walikota Ronse yang antiklerus, ia terpaksa dipindahkan ke Lovendegem pada tahun 1803. Disana hatinya sangat tergerak oleh kemiskinan rakyat yang begitu parah. Untuk memenuhi kebutuhan umat parokinya, ia mendirikan tarekat pertamanya pada tanggal 4 November 1803, yakni Suster-suster Karitas dari Yesus dan Maria. Pondok kecil di wilayah Appensvoorde, dimana tarekat itu didirikan, hingga kini masih berdiri dan sekarang dipelihara oleh para suster untuk mengenangnya.

Sebagai orang yang terilhami oleh Injil, dan tergerak untuk memperbaiki situasi kaum miskin papa, Triest dipanggil kekota Ghent pada tahun 1805, bersama dengan suster-susternya untuk menangani perawatan orang-orang sakit yang tak dapat disembuhkan lagi. Tak lama kemudian ia diminta menjadi anggota Komisi Panti Sosial. Ia menjadi salah seorang penanggung jawab organisasi bantuan kaum miskin papa pada abad ke 19 di Ghent. Tiga puluh tahun berikutnya dalam kehidupan Triest dipenuhi dengan pelbagai gejolak tetapi produktif, karena ia hanya memiliki satu tujuan, yaitu merawat, menghibur dan memelihara kaum miskin papa, sakit dan malang, karena terilhami oleh cinta kasih Tuhan.

Untuk menyempurnakan perawatan utuk kaum lanjut usia pria di rumah sakit Bijloke, ia mendirikan tarekat kedua pada tanggal 28 Desember 1807, Bruder-bruder Perawat dari St. Vinsensius, yang kemudian dikenal sebagai “Bruder-bruder Karitas”.

Dengan bantuan merekalah ia mematahkan belenggu-belenggu kaum sakit jiwa yang dikurung di ruang bawah tanah Puri Setan Gerardus pada tahun1815. Upaya penanganan ini kelak menjadikan ia bersama Dr. Guislain terkenal sebagai perintis perawatan psikiatris di Belgia.

Untuk memberikan perawatan kaum sakit di rumah-rumah penduduk miskin, ia mendirikan Tarekat Bruder-bruder St. Yohanes de Deo pada tahun 1823. Namun pada tahun 1946 Tarekat itu bergabung dengan Bruder-bruder Hieronimit. Sementara itu, para bruder dan suster telah membuka pelbagai karya apostolik untuk membantu kaum tuna rungu dan tuna netra. Mereka juga membuka sekolah-sekolah untuk anak-anak miskin.

Rm. Triest yang budiman, sebagaimana dikenal oleh setiap orang di Ghent, memohon kepada Raja William I dari Belanda untuk mempertahankan keberadaan beguinase-beguinase, yakni komunitas kaum wanita yang tidak mengikrarkan kaul-kaul religius, namun menghayati hidup religius secara sederhana. Pada tahun 1830, Kanunik kehormatan ini diangkat menjadi Kanunik Titular dari Kapitel St. Bavo dan anggota Dewan Keuskupan.

Setahun sebelum wafatnya, ia mendirikan tarekat keempat yakni Suster-suster Kanak-kanak Yesus. Tugas mereka ialah merawat anak-anak yatim piatu dan terlantar. Vinsensius a Paulo dari Belgia ini dipanggil Tuhan pada tanggal 24 Juni 1836 sambil mengucapkan kata-kata dari Injil Lukas “Berilah maka kamupun akan diberi”.



Novena


Hari 1 : Tuhanlah yang utama

“Allah Pengasih,
hatiku yang dikuatkan oleh rahmatMu
akan berkobar dengan hasrat untuk Mu”.


Mengutamakan Allah dalam hidup kita, membuka hati dan jiwa kita terhadap rahmat Nya, dan untuk mampu mengatakankan bahwa Allah adalah satu-satunya pemenuhan dalam hidup kita, ini merupakan panggilan setiap orang Kristiani. Sebagai umat Kristiani, kita harus memandang serius panggilan kekudusan itu. Rm. Triest memahami hal itu dengan baik, sehingga ini menjadi dasar hidupnya. Ia menjadi manusia pendoa yang menyediakan waktu terbaiknya setiap hari bagi Tuhan. Hanya berkat pengetahuan itulah kita dapat mengerti dedikasinya terhadap kaum miskin.

“Kamu harus berdoa dan bermeditasi, janganlah lupa bahwa seorang religius yang kekurangan semangat doa sama halnya seperti seorang tentara yang kekurangan senjata, seperti seekor burung yang digunting sayapnya, seperti sebuah kota tak berbenteng, seperti tubuh tanpa roh atau jiwa. Kamu haruslah meyakinkan dirimu untuk tidak sekalipun menyia-nyiakan waktu doamu”.


Doa :

Allah Bapa kami, satukanlah kami didalam cintaMu dan bersihkanlah hati kami dari semuanya yang menghalangi jalan cintaMu. Buatlah kami mencariMu dalam doa harian, bantulah kami untuk menemukanMu dan tinggal bersamaMu, sehigga kami boleh mewartakan: “Hanya Tuhanlah yang kubutuhkan.  Oh, Tuhan Pengasih, ijinkanlah hatiku yang dikuatkan oleh RahmatMu berkobar dengan hasrat untukMu”.

  • Satu persepuluhan doa rosario dengan doa permohonan:

Tuhan, anugerahilah kami, melalui perantaraan HambaMu Rm. Triest, rahmat hidup doa dan karunia yang kami mohon dari kemurahanMu.

  • Doa untuk beatifikasi


Hari 2 : Allah adalah Kasih

“Karena Allah mencintaimu, maka cobalah menghayati kasihNya dan cobalah mengasihiNya dengan tulus hati pula.  Hati kita mampu mengasihi Allah sampai kita berhasrat untuk mengasihiNya.”


Dalam pandangan Rm. Triest, cinta Allah adalah sumber kasih manusiawiNya. Allah yang mengasihi kita semua tanpa syarat, ingin supaya kita juga mengasihi satu sama lain. Dia mengutus PutraNya Yesus kepada kita. Yesuslah citra kasih Allah yang hidup. Dia menunjukan kepada kita batasan kasih, yaitu kasih yang tak terbatas, kasih tak bersyarat, kasih universal namun juga kasih yang pribadi. Pada saatnya Hati Yesus menjadi lambang kasih yang tak terbatas.

“Tetapi, bagaimana aku dapat berbicara tentang Dikau, oh Kasih Ilahi, karena tak seorangpun tahu tentang Dikau? Oh, api kasih yang berpijar, bantulah aku mengatasi kelemahanku dan buatlah hatiku merasakan segala sesuatu yang tak  dapat dijelaskan oleh nalar. Hati Yesus mengasihi kita secara tak terbatas, marilah kita mengasihiNya dengan tanpa batas pula”.

Doa :

Allah, Engkau adalah Kasih, bantulah aku mengatasi cinta diri, yang menyebabkanku  menutup hatiku terhadapMu dan sesamaku. Bangkitkanlah dalam diriku kehendak untuk mengasihiiMu saja sehingga aku dapat menjadi seseorang yang penuh kasih terhadap sesamaku. Hatiku mampu mengasihiMu, ya Allah, sampai aku berhasrat mengasihiMu. Amin.


  • Satu persepuluhan doa rosario dengan doa permohonan:

Tuhan, berilah kami, melalui perantaraan hambaMu ,Rm. Triest, rahmat hidup doa dan karunia yang kami mohon dari kemurahanMu.

  • Doa untuk beatifikasi



Hari Ke 3 : Sakramen Kasih

“Dalam Ekaristi, kasih Yesus tampak jauh melebihi misteri inkarnasiNya. Pada inkarnasiNya, Yesus rupanya meninggalkan keallahanNya, namun dalam sakramen kudus ini Dia tampak menyerahkan kemanusianNya sekaligus.  Pada inkarnasi, Dia memilih untuk menyamarkan diri sebagai seorang hamba, tetapi dalam sakramen ini  Dia tersembunyi dalam rupa roti”.

Sebagia seorang imam, Rm. Triest memberikan banyak perhatian terhadap persiapan kaum muda untuk menerima Komuni Kudus. Dia tidak mau menyia-nyiakan kesempatan untuk berkonsentrasi pada Ekaristi selama katekese berlangsung. “Sepatutnya aku berharap agar Tuhan memberiku rahmat untuk membangkitkan hasrat dan kasih terhadap sakramen yang patut disembah ini di antara semua umat beriman.” Ekaristi harus dirayakan dengan hasrat dan kasih.  Dengan begitulah kita boleh menyambut Tubuh dan Darah Yesus. Marilah kita bergembira bersama Maria: “Jiwaku memuliakan Tuhan, dan hatiku bersukaria karena Allah, Juru Selamatku”.

“Mengingat sakramen kudus ini adalah sakramen kasih, kita harus mendekatinya dengan penuh kasih. Kita harus mengasihi Tuhan yang sangat mengasihi kita. Karena Dia membaktikan diriNya bagi kita, maka kita harus membaktikan diri kita sepenuhnya kepadaNya. Karena Dia milik kita sepenuhnya, maka kita pun harus menjadi milikNya sepenuhnya”.

Doa :
Yesus, Engkau selalu datang pada kami dalam wujud roti dan anggur, ilhamilah hati kami dengan hasrat dan kecondongan untuk rajin menyambutMu. Engkaulah penyembuh jiwa-jiwa. Singkirkanlah hati kami yang membatu, dan berilah kami hatiMu sendiri yang penuh kasih. Karena Engkau menjadi milik kami sepenuhnya, jadikanlah kami pula milikMu sepenuhnya.

  • Satu persepuluhan doa rosario dengan doa permohonan:

Tuhan, berilah kami, melalui perantaraan hambaMu, Rm. Triest, rahmat untuk menerimaMu secara teratur dalam Ekaristi dan karunia yang kami mohon dari kemurahanMu.

  • Doa untuk beatifikasi
Hari ke 4 :
Menghayati sukacita kebangkitan

“Kuberikan  kepadamu Yesus yang bangkit. Yesus Kristus sungguh telah bangkit dan Allah ingin kita mengikuti teladanNya dan bangkit serta menghayati hidup kebangkitan.”

Menghayati hidup kebangkitan mengubah kita sepenuhnya. St. Paulus sangatlah tegas dalam hal itu : “Dan seandainya Kristus tidak dibangkitkan, maka sia-sialah imanmu, dan kamu masih tinggal dalam dosa-dosamu. [...] Jika kita berharap pada Kristus hanya untuk kehidupan sekarang ini, maka kita ini orang-orang yang paling malang” (1 Kor. 15:17-19). 

Kebangkitan Kristus adalah kunci iman kita karena hal ini membuat kita menghayati hidup kita dari sudut pandang yang berbeda. Hidup di dunia ini mendapatkan nilai kekal dan semua tindakan-tindakan harus ditempatkan dalam sudut pandang tsb. Maka pertobatan yang sejati, menurut Rm. Triest, berkaitan erat dengan kebangkitan. Kita harus menghayati hidup kita seakan-akan kita telah dibangkitkan. Hidup sehari-hari, dengan saat-saatnya yang indah dan sulit, tidaklah terkunci  dan terlepas dari kesia-siaannya, dari keterbatasannya. Dengan harapan itulah kita mendekati sesama, dan dengan membantu mereka, kita memungkinkan kebangkitan dalam hidup mereka.

“Membagikan pakaian kepada mereka yang miskin, menyiapkan obat-obatan bagi mereka yang sakit, menyediakan tempat tidur dan mengempukkan bantal mereka sehingga mereka dapat membaringkan tubuh mereka yang terluka dan sakit, membersihkan dan membalut luka-luka mereka yang kotor dan berbau, bukankah ini menjadikan mentari bersinar atas mereka, menciptakan bumi yang baru?. Bukankah itu  membangkitkan dan menyelamatkan mereka dari cengkeraman maut?”.

Doa :
Tuhan Yesus, melalui sengsara, kematian dan kebangkitanMu, sungguh Engkau telah menyelamatkan kami. Biarlah kami merasakan sukacita kebangkitan dan berbagi dengan sesama kita. Maka kami akan melanjutkan karya keselamatanMu di dunia ini dan memberikan pengharapan kepada semua orang yang hidupnya tanpa pengharapan dan putus asa. Tuhan Yesus, Engkau sungguh telah bangkit, perkenankanlah kami untuk menghayati hidup kebangkitan sekarang juga.


  • Satu persepuluhan doa rosario dengan doa permohonan:

Tuhan, berilah kami, melalui perantaraan hambaMu, Rm. Triest, rahmat kebangkitan hidup dan karunia yang kami mohon dari kemurahan Mu.

  • Doa untuk beatifikasi


Hari ke 5:  Maria, Perantara kita

“Carilah perlindungan pada Maria, Bunda Yesus, yang telah Dia serahkan kepada kita sebagai Bunda kita. Dialah perlindungan semua pendosa, yang selalu siap sedia memohonkan kepada Puteranya demi kepentingan kita dan mendamaikan kita denganNya, untuk memperoleh rahmatNya bagi kita, maka kita harus hidup dalam keselarasan kasih dengan Tuhan”.

Rm. Triest sungguh sangat berdevosi kepada Maria karena ia memandang Maria sebagai Bunda Allah dan sebagai pengantara Puteranya yang penuh kuasa. Bunda Maria, sungguh seorang pengantara yang selalu siap berbicara demi kepentingan putra-putrinya. Tak ada satu pun yang boleh menghalangi kita untuk mendekati Yesus melalui Maria, yang akan mengulangi perkataan yang ia sampaikan di saat pesta perkawinan di Kana: “Lakukanlah apa yang ia katakan pada Mu” ( Yoh 2 : 5 ).

Kita dapat juga berdoa kepada Yesus dengan bantuan Maria. Rosario itu seperti buku harian Maria dimana ia menceritakan kepada kita tentang putranya Yesus: peristiwa-peristiwa gembira, sedih, cahaya, dan mulia. Magnificat- nya dapat menjadi doa kita.

“Aku akui bahwa besarlah kebahagiaanku, namun ini semua berkat rahmat murni dan cuma-cuma yang diberikan Tuhan kepadaku.  Dia telah memilih aku karena kebaikanNya yang tak terbatas. Lihatlah sumber suka cita dan bahagiaku serta asal dari keagunganku. Lihatlah apa yang meresapiku dan melimpahi diriku dengan kasih”.

Doa :
Di kayu salib, Engkau memberi kami BundaMu, suatu karunia yang terakhir dan terindah yang Engkau berikan kepada kami. Ia menjadi pengantara kami, jalan rahmatMu yang aman dan pasti. Maria penuh rahmat, janganlah sekalipun engkau menyerah dalam usahamu mendapatkan rahmat bagi kami, sehingga kami akan selalu hidup dalam keselarasan kasih dengan Allah.  Amin.


  • Satu persepuluhan rosario dengan doa permohonan:

Tuhan, semoga melalui perantaraan hambaMu, Rm. Triest, kami membuka hati kami, seperti Maria, terhadap rahmatMu dan karunia yang kami mohon dari kemurahan Mu.


  • Doa beatifikasi Rm. Tries


Hari ke 6:  Meneladan Yesus

“Kenakanlah Tuhan Yesus Kristus pada dirimu”
( Rom 13 : 14 ). Aturlah hidup mu dan seluruh gaya hidupmu sesuai dengan teladan ilahi yang diberikan oleh Yesus.

Banyak bintang berkelap-kelip di angkasa dan di dunia ini, namun hanya satu yang mengantar kita kepada segala kebaikan, kebenaran dan keindahan. Dialah yang merujuk diriNya dengan bersabda: “Akulah jalan, kebenaran dan hidup”.  Untuk dapat mengikuti teladanNya, kita harus mengenalNya, kita harus mencariNya dimana pun Dia tinggal. Mengikuti nasehat St. Yohanes Pembaptis, kita dapat pergi dan mencariNya sampai kita melihat apa yang dijanjikan: “Engkau akan melihat Roh turun dan hinggap atas Dia yang akan membaptis dengan Roh Kudus” ( Yoh 1 : 33 ).

Roh kuduslah yang membimbing kita kepada Yesus sehingga kita dapat menjadi murid-murid Yesus. Ini merupakan awal mula dari semua peneladanan, saat kita memutuskan untuk mengambil Yesus sebagai satu-satunya acuan dalam hidup kita.  Rm. Triest menambahkan beberapa pertanyaan:

“Carilah kekuatan-kekuatan jiwamu dan perasaan-perasaan jasmanimu. Apakah Kristus menguasai pikiranmu? Apakah Kristus menguasai kehendakmu? Dia memberikannya kepadamu, maka kamu harus mengasihiNya lebih dari segalanya. Apakah Kristus menguasai mata dan telinga mu?”.

Doa:
Tuhan Yesus, Engkau meminta kami untuk meneladanMu pada jalan menuju Bapa Surgawi dan pada jalan menuju saudara-saudarimu di dunia. Engkaulah jalan, kebenaran dan kehidupan, tunjukkanlah kami jalanMu, wartakanlah kebenaranMu, dan bimbinglah kami ke arah kehidupan yang lebih sempurna. Aku tak lagi hidup. Mulai sekarang, Engkaulah, ya Yesus,  yang hidup dalam diri ku.  Amin


  • Satu persepuluhan rosario dengan doa permohonan:
Tuhan, anugrahkanlah kami, melalui perantara hamba Mu, Rm. Triest, rahmat untuk mengikuti teladanMu dengan lebih sempurna dan karunia yang kami mohon dari kemurahan Mu.

  • Doa beatifikasi Rm. Triest

 

Hari ke 7 : Mengasihi sesama


“Hendaklah kamu saling mengasihi sebagaimana seharusnya.  Cegahlah kebencian satu sama lain dengan tanda-tanda kasih. Janganlah kamu menyebabkan kesedihan, kesakitan dan ketidakpuasan sedikitpun. Hendaklah kamu saling menanggung segala kesalahan dengan penuh kasih. Janganlah kamu mengeluh kepada seorangpun. Bersikaplah penolong. Janganlah iri terhadap seorangpun. Hendaklah kamu saling mengasihi dengan penuh keikhlasan”.

Rm. Triest memimpikan suatu masyarakat yang sempurna yang hanya disatukan oleh daya kasih. Tak henti-hentinya ia mendorong semangat para bruder dan susternya untuk mengembangkan kasih di antara satu sama lainnya. Ia memahami bahwa kasih, seperti  kerahiman, merupakan salah satu tiang setiap komunitas. Perkataan yang ia ucapkan, setelah ia tinggal dalam persembunyian selama beberapa tahun, tetaplah menyemangati kita:

“Menurut pemikiran saya, saya sudah sejak lama mengampuni musuh-musuh saya. Saya memberi mereka pelukan persaudaraan sejati, dan sebagai balasannya,  saya hanya ingin agar mereka berdamai diri dengan Allah mereka, sehingga mereka menjadi sehati dan sejiwa sebagaimana saudara-saudara dalam Yesus Kristus.”

“Sehati dan sejiwa” ini juga merupakan pesannya yang ditujukan bagi para suster dalam surat Tahun Barunya. “Betapa bahagianya kita jika tinggal dalam sebuah rumah yang dikuasai oleh kasih, ketaatan, kesabaran, damai dan sikap penolong”.

Doa:
Tuhan Yesus, saling mengasihi menjadi tanda pengenal dari para rasul Mu yang pertama. Berkatilah komunitas-komunitas kami sehingga mereka menjadi sekolah kasih, dimana kasih diperlihatkan dan diajarkan. Perkenankanlah kami bertumbuh lagi dalam kasih kami terhadap satu sama lain dan membuatnya cerminan kasih ilahiMu. Amin

  • Satu persepuluhan rosario dengan doa  permohonan:

Tuhan, berilah kami, melalui perantaraan Rm. Triest, rahmat untuk menjadi sesama yang mengasihi orang lain, dan berilah karunia yang kami minta dari kemurahan Mu.

  • Doa beatifikasi Rm. Triest

Hari ke  8 : Jadilah gembala bagi satu sama lain.

“Sebagai gembala saya harus menjadi teladan bagimu dalam segala hal. Saya harus mengajarimu, dan saya harus melayanimu sepenuh hati”.

Teladan, ajaran dan pelayanan. Itulah ketiga kata yang merupakan ringkasan yang baik dari misi yang Rm. Triest gambarkan bagi kita. Suatu pandangan yang dipertimbangkan secara masak, buah dari permenungan mendalam selama lima tahun saat ia hidup dan berkarya diam-diam. 

Kata pertama “teladan”. Kita haruslah melaksanakan apa yang kita khotbahkan. Seorang gembala haruslah menjaga hidup rohaninya dan karenanya ia mengandalkan Tuhan. “Seorang gembala tak boleh memperhitungkan talenta-talentanya sendiri.  Ia harus menggantungkan kesuksesan usaha-usahanya pada surga.”

Hanya demikianlah ia akan dapat berkata dengan tulus: “Celakalah aku, jikalau aku tidak mewartakan sabda Allah”.  Akan tetapi sabda Allah harus menghasilkan pelayananan dan Rm. Triest menyerahkan diri sepenuhnya dalam pelayanannya.

“Aku berhutang padamu waktu jagaku, segala usahaku yang memungkinkan, istirahatku, tidak hanya kadang-kadang saja, tetapi pada setiap jam siang-malam, bahkan meski jalan-jalan itu panjang, sulit dan berlumpur. Panggillah aku kapan saja sesukamu, janganlah mengecualikan aku. Jangan takut untuk menggangguku. Aku bahagia bila aku, mengikuti teladan Yesus, guruKu, boleh mengorbankan istirahatku, kesehatanku bahkan nyawaku untuk mu”.

Doa:

Tuhan Yesus, Engkau mengajar kami bahwa tak ada kasih yang lebih besar daripada seseorang yang mengorbankan nyawanya bagi sahabat-sahabatnya.  Berkatilah kami sehingga cinta kami dapat bertumbuh. Semoga hidup kami menjadi suatu teladan dari pengorbanan kasih dan semoga pelayanan kami secara terus menerus untuk memuliakan KerajaanMu di dunia ini. Amin


  • Satu persepuluhan rosario dengan doa permohonan:

Tuhan, melalui perantara hamba Mu Rm. Triest, jadikanlah hidup kami suatu kesaksian akan pelayanan kasih padaMu dalam perkataan dan perbuatan, serta berilah kami karunia yang kami minta dari kemurahan Mu.

  • Doa untuk beatifikasi Rm. Triest


Hari ke 9 : Dengan gembira melayani kaum miskin

“Karena kasih dan pelayanan mu, kamu sepadan dengan Allah. Kamu berpartisipasi dalam pelayanan Yesus Kristus. Dan karena kamu melihat Yesus pada diri mereka yang menderita, mereka melihat pribadi Yesus Penyelamat dan Penghibur dalam dirimu. Tiada jalan yang lebih sempurna untuk mengambarkan Yesus selain dengan membantu mereka yang mencucurkan air mata kesedihan, yang memanggul salib kemiskinan, dan menderita dari berbagai macam penyakit dan hidup dalam kesedihan”.

Kasih illahi berkembang dalam karitas. Hal ini berarti, seperti Yesus Kristus, dengan pergi mengunjungi orang miskin dan mengenal Yesus dalam diri mereka. Jadi, Karitas selalu merupakan sebuah perjumpaan dengan Allah, Yesus yang bertemu sendiri dengan orang miskin.

Rm. Triest menghayati pesan itu secara radikal dan pergi menjumpai kaum miskin untuk mengangkat mereka dari keberadaan mereka yang sangat menyedihkan. Ia mengajak sesamanya untuk melakukan hal yang sama. Begitu batas-batas kelayakan manusiawi telah tercapai, ia meminta mereka untuk meningkatkannya karena: “Kasih memberikan kekuatan pada seseorang yang tidak dapat diberikan oleh alam”.

Bahkan hari ini kita masih ingat akan perkataan nya: “Karena kamu telah dipilih, kamu dipanggil untuk mengikuti teladan Tuhan. Kamu dipanggil untuk bekerja bagi orang banyak seperti yang dilakukan Yesus dan melakukannya dengan penuh kasih sayang, bagaimana pun situasi mereka. Kamulah Kristus yang lain bila kamu membantu mereka membuka hati dan pikiran atas rahmat Allah.”

Doa:

Tuhan Yesus, meneladanMu berarti menunjukan kasih yang tak terbatas bagi kaum termiskin. Janganlah kami menyimpang dari jalan ini, tetapi bantulah kami untuk menemukan wajahMu pada setiap wajah yang kami lihat. Semoga kasihMu menjadi penghormatan terhadap Tuhan dan semua orang, dan jadikanlah dunia sebagai altar kami. Amin


  • Satu persepuluhan doa rosario dengan doa permohonan:

Tuhan, berilah kami melalui perantara hamba Mu Rm. Triest, rahmat untuk melayaniMu dalam diri kaum miskin dan karunia yang kami minta dariMu.

Doa beatifikasi Rm. Triest